Argopura bisa diartikan "Gunung Pura" atau barangkali bisa
disebut Pura di Puncak Gunung, seperti banyak ditemukannya struktur bangunan
berarsitek mirip Pura (tempat peribadatan umat Hindu) dikawasan puncak, berawal
dari situlah gunung ini beroleh nama Argopuro.
Banyak sekali kita jumpai reruntuhan bangunan dan
tinggal puing-punig yang berserakan dan ditumpuk begitu saja seolah tak
bernilai sejarah. Sisa-sisa reruntuhan itu masih nampak jelas, ada beberapa
situs purbakala di sekitar kawasan puncak Argopuro.
Kawasan puncak yang dimaksud meliputi ketinggian 3.000 meter dari permukaan
laut ke atas, yang didalamnya mencakup areal seluas hampir satu km persegi,
yang didalamnya terdapat komplek bukit dan alun-alun, komplek kawah dan komplek
candi.
Komplek bukit dan alun-alun merupakan pintu masuk kawasan puncak, sebuah
alun-alun yang luas dipegunungan Hyang Argopuro. Alun-alun ini dibatasi
langsung oleh sebuah kawah dengan lubang dalam., sedangkan disebelah timur
masih terdapat lima kawah, baik lubang maupun tempat yang dinamakan alun-alun
SIJEDING.
Komplek candi yang dimaksud bukan candi dalam arti sebenarnya, melainkan
nerujuk dari jenis peninggalan dan struktur bangunan sejarah kepurbakalaan yang
terdapat di gunung ini. Jumlah seluruhnya ada tujuh komplek meliputi situs
kolam dan taman sari, Situs Puncak Rangganis, dua bangunan candi, dan tiga
bangunan pura.
Masyarakat sekitar lebih mengenal Rengganis ketimbang Argopuro. Rengganis
sebuah nama seorang DEWI yang begitu melekat di hati masyarakat kaki gunung
Argopuro. Konon menurut legenda penduduk setempat, dari sanalah Dewi Rengganis
tinggal dan memerintah kerajaannya. Diceritakan pula bahwa alun-alun Rawa Embik
adalah sebuah padang rumput dibawah alun-alun puncak adalah sumber mata air
yang terus mengalir sepanjang tahun. Tempat itu merupakan padang penggembalaan
hewan ternak yang mensuplai kebutuhan keraton di puncak.
Dituturkan bahwa Dewi Rengganis adalah salah seorang Putri dari Prabu
Brawijaya yang lahir dari salah satu selirnya. Karena tidak diakui
keberadaannya, pada saat dewasa ia didampingi seorang Patih dan
pengikut-pengikutnya yang setia melarikan diri dan mendirikan kerajaan keraton
di puncak gunung ini.
Diperkirakan puing-punig yang terdapat di Rengganis suatu peninggalan
tertinggi yang ditenui di Pulau Jawa adalah bekas Kuil Hindu abad ke 12 Masehi.
Situs Rengganis memperlihatkan aspek rancang bangun jaman prasejarah dan jaman
klasik akhir di pulau Jawa. Salah satu hal yang paling menonjol dari peninggalan
kepurbakalaan di Rengganis, adanya tembok pagar luar yang mengelilingi bangunan
serta struktur bangunan lebih memperlihatkan struktur Pura daripada Candi.
Satu hal yang tidak dijumpai pada peninggalan kepurbakalaan masa Majapahit
akhir yang berada di gunung-gunung lain seperti Gunung Penanggungan, dan Gunung
Arjuna. Benarkah struktur bangunan yang disebut PURA sesuai dengan Pura dalam
arti dan fungsi yang sesungguhnya pada saat ini? Ataukah Pura itu adalah sebuah
Candi dengan model lain. Benarkah Komplek kuno yang ada dalam pesantren dimana
para Resi, Pendeta atau Biarawan menghabiskan waktu untuk tinggal dan belajar
di Puncak ini?
Ataukah memang suatu komplek keraton?
Tempat peribadatan disini belum bisa memastikan bentuk tradisi dari aliran
dan sekte apa para Rahib itu semua. Terlepas apakah itu keraton atau karesian
dapatkah dibayangkan bagaimana Perikehidupan dan aktifitas yang dilakukan
sehari-hari di Puncak Gunung yang indah, dingin, dan terpencil itu pada jaman
alam masih liar yang waktu itu masih buas.
Legenda tinggallah cerita turun temurun dari mulut ke mulut yang semakin
bias dan sulit dibuktikan secara ilmiah. Hipotesa dari penyelidikan terdahulu
belum seluruhnya terbukti. Sebagian besar data masih berupa misteri dan
beberapa benda-benda bernilai sejarah itu telah hilang dan dihancurkan. Menurut
penduduk sekitar sekitar tahun 80-an Situs Purbakala di Gunung Argopuro masih
nampak terawat dan masih belum banyak benda yang hilang, selepas itu kini situs
Purbakala itu semakin rusak, kotor dan bangunan dengan teras-teras berdinding
batu itu tinggalah batu-batu berserakan yang dihiasi bungkus mie instan.
Sejumlah Arca dari Gunung ini telah terpencar oleh ulah orang-orang yang tak
bertanggungjawab sebagian ada yang ditemukan di Gunung Semeru dan tempat
lainnya. Justru para peziarah lokal yang memberi sesajen persembahan dan
membersihkan lingkungan ini, secara tidak langsung telah menjaga dan merawat
keberadaan benda-benda yang bernilai sejarah.
Masih
terselubung kabut dan misteri dari reruntuhan bangunan kuno yang dingin dan
diam itu telah membuktikan bahwa bangsa kita telah Religius, Berilmu
Pengetahuaan, Berbudaya dan Berseni sejak lama.
Label:
Cerita Legenda
0 comment:
Posting Komentar
- my best regard -